Bon Appétit, Your Majesty 2025

Nonton Bon Appétit, Your Majesty 2025 menghadirkan kisah fantasi romantis yang segar, di mana aroma masakan modern bertemu dengan intrik kerajaan era Joseon. Film ini dibintangi oleh Im Yoon-ah, yang kali ini memerankan seorang chef berbakat dari masa kini yang tiba-tiba terlempar ke masa lalu. Dengan keahlian kuliner modern yang dimilikinya, ia tanpa sadar memikat hati seorang raja kejam melalui hidangan-hidangan yang belum pernah ada di zamannya.

Cerita dimulai ketika sang chef berusaha menyesuaikan diri dengan kehidupan Joseon yang penuh aturan. Dalam keadaan asing itu, satu-satunya hal yang menjadi senjata utamanya adalah kemampuannya di dapur. Setiap hidangan yang ia ciptakan bukan hanya soal rasa, tetapi juga menjadi simbol dari keberanian, kreativitas, sekaligus cara untuk bertahan hidup di lingkungan istana yang penuh persaingan. Pertemuan tak terduga dengan sang raja membuka jalan bagi hubungan yang rumit—di antara ketertarikan yang tumbuh, ada pula konflik yang terus menguji.

Menariknya, film ini tidak hanya menonjolkan bumbu romansa, tetapi juga memperlihatkan kontras budaya antara masa kini dan masa lalu. Sang raja yang keras kepala dan penuh kuasa perlahan berubah setelah merasakan kelembutan dalam masakan modern, sementara sang chef belajar menghadapi intrik politik istana yang berbahaya. Kisah ini memberi sentuhan unik pada genre time-travel romance dengan porsi drama, komedi, sekaligus ketegangan politik.

Atmosfer Joseon yang detail, dipadukan dengan visual makanan yang menggoda, menjadikan film ini sebuah sajian yang menggiurkan di layar. Imajinasi penonton diajak melintasi ruang dan waktu, dari dapur sederhana modern ke meja makan megah kerajaan. Nuansa film ini akan mengingatkan pada drama kuliner-fantasi seperti Mr. Queen atau Rooftop Prince, namun dengan sentuhan sinematik yang lebih intens.

Bon Appétit, Your Majesty 2025 adalah kisah tentang bagaimana cinta bisa lahir dari tempat yang tak terduga—bahkan melalui sepiring hidangan. Dan setelah menonton, mungkin pertanyaan yang tersisa hanyalah: apakah rasa mampu menjembatani dua dunia yang berbeda?